Surakarta, 8 Juni 2024 – Universitas Muhammadiyah Surakarta menggelar acara Pembukaan Baitul Arqam 2 dan Kuliah Umum Kloter 20 di masjid Hj. Sudalmiyah Rais. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa semester 2 dari berbagai fakultas dan diisi oleh pembicara terkemuka, Bapak Noor Alis Setiyadi, S.KM., M.K.M, Ph.D.
Dalam kuliah umum yang mengusung tema “Tundukkan Nafsumu dengan Akalmu & Tundukkan Akalmu dengan Ilmumu”, Bapak Noor Alis Setiyadi menyampaikan pentingnya pengendalian diri dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Beliau mengingatkan bahwa dengan mengendalikan nafsu melalui akal dan mengarahkan akal dengan ilmu, manusia dapat mencapai kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
7 Golongan yang Dinaungi Allah di Hari Kiamat
Salah satu highlight dari ceramah beliau adalah penjelasan tentang tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah di hari kiamat:
- Imam yang adil.
- Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah.
- Seorang yang hatinya bergantung ke masjid.
- Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.
- Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’
- Seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya.
- Seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.
Bapak Noor Alis Setiyadi juga mengingatkan para pemuda akan kisah Ashabul Kahfi, yang dalam Al-Qur’an disebut dengan dua kata, yaitu fata dan fityah, serta dalam hadist disebut sebagai syab dan syabab. Beliau menegaskan bahwa pemuda selalu menjadi garda depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan, sebagaimana dicontohkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Inspirasi dari Sejarah dan Tafsir
Mengutip Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, beliau menegaskan bahwa pemuda selalu berada di garis depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. Hal ini dibuktikan tidak hanya oleh tujuh pemuda Ashabul Kahfi, tetapi juga oleh para sahabat Nabi Muhammad yang mayoritasnya adalah pemuda. Sebaliknya, para penentang ajaran Nabi justru didominasi oleh kalangan tua dari suku Quraisy.
Acara ini tidak hanya memberikan wawasan dan inspirasi bagi para peserta, tetapi juga memperkuat semangat juang dan keimanan mereka dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan semangat yang sama, para pemuda Indonesia diharapkan dapat terus berkontribusi dalam membangun bangsa dan agama.