Pembukaan Baitul Arqam Kloter 26
Oleh bapak drg. Dendy Murdiyanto, M. DSc
“Lupakan setelah kamu menolong seseorang, jangan kau harap lagi jika suatu saat kau membutuhkan, meskipun sulit. Semoga Allah menolongmu dengan jalan yang lain”
- Kesadaran tanggung jawab sosial
Mahasiswa muslim yang mempraktikkan akhlakul karimah akan memiliki kesadaran yang tinggi akan tanggung jawab sosial mereka. Mereka menyadari bahwa sebagai agen perubahan di tengah masyarakat, mereka memiliki peran untuk berkontribusi positif. Dalam kehidupan kampus, hal ini tercermin dalam partisipasi aktif mereka dalam kegiatan sosial, pengabdian masyarakat, dan berbagai bentuk volunteerisme yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan Bersama.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh HR. Ahmad sesuai anjuran Rasulullah SAW : sebaiknya manusia adalah menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.
Bermanfaatlah untuk manusia yang lain, jangan hanya mikir diri sendiri. Jika memikirkan diri sendiri tujuan tidak akan tercapai, tapi kalau memikirkan orang lain tujuan akan tercapai.
- Etika berkomunikasi yang baik
Sebagai mahasiswa muslim yang menganut akhlakul karimah, kemampuan berkomunikasi yang baik adalah suatu keharusan. Mereka berbicara dengan sopan, menghormati pandangan orang lain, dan menghindari Bahasa yang kasar atau merendahkan. Berkomunikasi dengan efektif tidak hanya merujuk pada kemampuan verbal, tetapi juga keterampilan mendengarkan yang baik untuk memahami perpektif orang lain.
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ ١٨
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaaf:18)
Kemampuan verbal harus bisa dikuasai oleh semua manusia. Era sekarang komunikasi tidak hanya lisan, ada verbal dan juga non verbal, ada email, wa, sosial media. Manfaatkan media berkomunikasi dengan baik. Hati hati dalam berkomunikasi dan bersosial media. Curhat di sosial media tidak mencerminakn akhlakul karimah, karena kita punya Allah yang bisa kita jadikan sebagai tempat cerita. Akhlak kita dilihat dari lisannya.
Etika berkomunikasi yang baik mencerminkan akhlakul karimah yang baik.
- Toleransi dan menghargai keanekaragaman
Akhlakul karimah mendorong mahasiswa muslim untuk bersikap toleran dan menghargai keanekaragaman. Di kampus yang mewadahi berbagai latar belakang budaya, agama, dan suku, mahasiswa muslim harus menjadi agen perdamaian dan mempromosikan sikap saling pengertian. Ini mencakup keterlibatan dalam kegiatan antaragama dan antarbudaya untuk memperkuat rasa persatuan di tengah perbedaan.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat:11)
- Integritas akademis
Dalam konteks akademis, mahasiswa yang berpegang pada akhlakul karimah menunjukkan integritas tinggi. Mereka tidak tergoda untuk melakukan tindakan plagiat atau curang dalam ujian. Sebaliknya, mereka mengutamakan kejujuran dan ketekunan dalam belajar, menghormati hak cipta orang lain, dan berbagi pengetahuan dengan sesama tanpa kecemburuan.
“Orang orang yang mengaku memiliki sesuatu padahal ia tidak memilikinya bagaikan orang yang memakai dua pakaian dusta .” (HR. Muslim)
Raihlah gelar sarjana kalian dengan jalan barokah
- Keseimbangan antara kehidupan akademis dan spiritual
Akhlakul karimah juga mencakup keseimbangan antara kehidupan akademis dan spiritual. Mahasiswa muslim yang mempraktikkan etika ini tidak hanya berlaku pada pencapaian akademis semata, tetapi juga menjaga keseimbangan denganmemperkuat hubungan spiritual mereka. Mereka dapat mengintegrasikan ibadah, seperti shalat dan membaca AL-Qur’an, dalam rutinitas harian mereka untuk memberikan arti dan tujuan yang lebih dalam pada setiap tindakan mereka.
Lafadz Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin adalah potongan ayat dari Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Al-An’am ayat 162. Ayat ini menyampaikan pesan penting tentang pengabdian seorang hamba kepada Allah SWT dalam segala aspek kehidupannya.
- Kerjasama dan kolaborasi yang produktif
Mahasiswa muslim yang mengamalkan akhlakul karimah cenderung menjadi individu yang mampu bekerja sama dan berkolaborasi secara produktif. Mereka menghormati pendapat orang lain, menyelesaikan konflik dengan cara yang baik, dan mendorong atmosfer kerja sama yang positif di kampus. Sikap ini menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pertumbuhan intelektual dan sosial.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah:2)
- Keadilan dan empati
Akhlakul karimah juga mencakup prinsip keadilan dan empati mahasiswa muslim yang menganut etika tidak hanya melihat kepentingan pribadi, tetapi juga memperhatikan kebutuhan orang lain. Mereka bersikap adil dalam interaksi sehari-hari dan memiliki empati terhadap orang-orang yang mengalami kesulitan inisiatif untuk membantu sesame baik secara finansial maupun moral adalah bagian dari nilai-nilai mereka.
Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim).
- Kualitas diri dan pengembangan diri
Akhlakul karimah mendorong mahasiswa untuk terus mengembangkan diri mereka. mereka menyadari bahwa proses pembelajaran tidak hanya terjadi di kelas, tetapi juga melibatkan pengembangan pribadi dan karakter. Mahasiswa muslim yang mencari kemajuan dalam akhlakul karimah akan sering terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler, pelatihan kepemimpinan, dan program pengembangan diri untuk memaksimalkan potensi mereka.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq:1-5)
Jangan mudah berpuas hati. Ingat dunia itu berubah lingkungan itu berubah. Jadi jangan sampai kita berhenti berproses.
- Keselarasan dengan etika profesional
Mahasiswa muslim yang menginternalisasi akhlakul karimah juga menciptakan keselarasan dengan etika professional. Mereka memahami pentingnya integritas dalam dunia kerja dan bersiap untuk menjadi professional yang berkualitas, jujur, dan bertanggung jawab. Etika ini membantu mereka menghadapi tantangan di dunia kerja dengan sikap yang positif dan konsisten.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,” (QS. Al-Ahzab:70)
Sesuatu yang kita lakukan sekarang akan mempengaruhi kita di masa mendatang.
- Kepemimpinan berbasis moral
Akhlakul karimah menciptakan pemimpin yang berbasis moral. Mahasiswa muslim yang mempraktikkan etika ini berpotensi menjadi pemimpin yang memimpin dengan teladan, mengutamakan kepentingan bersama, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab secara moral. Mereka mengintegrasikan nilai-nilai dalam setiap langkah kepemimpinan mereka, menciptakan dampak positif dalam masyarakat dan bangsa.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal:27)
Pada tahun politik ini, jika ada kandidat calon pemimpin untuk dipilih ada yang berkarakter baik dan berkarakter buruk maka carilah orang yang baik, apabila kandidat calon pemimpin semuanya orang baik maka carilah orang yang kebaikannya paling banyak, apabila buruk semua pilihlah yang keburukannya paling sedikit. Jangan sampai kita tidak menggunakan hak pilih kita, karena pilihan kita itu nasib negara kita nanti. Jadilah mahasiswa yang kritis, tidak apatis, tidak acuh, tidak menghiraukan lingkungan. Mahasiswa itu peduli lingkungan, masyarakat, sosial bahkan peduli bangsa dan negara. Sebagai mahasiswa yang kritis tentunya akan melakukan hal-hal baik untuk negara