Akhlak adalah cerminan aqidah, artinya perilaku seseorang mencerminkan keyakinan dan keimanan yang dimilikinya. Dalam Islam, aqidah atau keyakinan yang benar akan tercermin dalam akhlak yang baik, dan sebaliknya, aqidah yang lemah atau salah akan tercermin dalam akhlak yang buruk. Rasulullah selalu mencontohkan akhlak yang mulia, dan akhlak beliau dianggap sebagai implementasi langsung dari ajaran-ajaran aqidah Islam. Oleh karena itu, penting bagi seorang Muslim untuk memperbaiki akhlaknya sebagai cerminan dari keimanan dan keyakinannya.
Pada Al-Qur’an surah Ibrāhīm ayat 24-25 :
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ
Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit (QS. Ibrahim: 24).
TAFSIR TAHLILI
(24) Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti “Lailaha illallah” atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi utama: (1) menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah dan (2) menopang tegaknya pohon. Apabila akar tidak dapat lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam tanah maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik. Dahannya rimbun menjulang ke langit. Hadis Nabi saw:
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَ إِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ. فَحَدِّثُوْنِيْ مَا هِيَ؟ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِى. قَالَ عَبْدُ اللهِ فَوَقَعَ فِيْ نَفْسِيْ أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ. ثُمَّ قَالُوْا حَدِّثْنَا مَاهِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: هِيَ النَّخْلَةُ. (رواه البخاري)
Dari Abdullah bin ‘Umar r.a., ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Di antara jenis pohon, ada suatu pohon yang tidak pernah gugur daunnya. Pohon itu adalah perumpamaan bagi orang Islam. Beritahukan aku, apakah pohon itu? Orang-orang mengira pohon itu adalah pohon yang tumbuh di hutan. Kata Abdullah, “Sedangkan menurut saya pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi saya malu untuk berkata. Kemudian para sahabat berkata, “Beritahulah kami pohon apa itu, hai Rasulullah!” beliau menjawab, “Pohon itu adalah pohon kurma.” (Riwayat al-Bukhāri); Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan-santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat (QS. Ibrahim: 25).
TAFSIR TAHLILI
(25) Dalam ayat ini digambarkan bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya pada setiap manusia, dengan seizin Tuhannya. Adapun proses pertumbuhan tanaman diperlukan berbagai unsur hara yang cukup banyak macamnya. Menurut jumlah yang diperlukannya, unsur hara ini dibedakan menjadi unsur hara makro yang diperlukan dalam jumlah banyak, dan unsur hara mikro yang diperlukan dalam jumlah sedikit, tetapi keberadaannya mutlak diperlukan. Untuk sampai pada terjadinya buah, akar harus dapat memasok semua kebutuhan unsur hara ini dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Ada beberapa unsur hara yang apabila dipasok melebihi kebutuhannya akan menjadi racun bagi tanaman dan dapat menyebabkan kematian bagi tanaman (misalnya besi untuk tanaman padi). Sebab itu, manusia yang mengambil manfaat dari pohon itu hendaklah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah swt.
Seorang muslim mencerminakn karakteristik sebuah pohon yang kuat dan banyak manfaatnya. Empat sifat “pohon tauhid” :
- Pertama, Ketauhidan dan mahabbatullah akan terhunjam dalam lubuk hati bagaikan sebuah pohon yang akarnya teguh menghunjam ke bumi. Ia senantiasa lentur diterpa angin, kokoh tidak tercerabut.
- Ketauhidan yang telah tertancap kokoh di hati akan membawa seorang Muslim ke puncak prestasi. Ia akan menjadi mercusuar bagi umat yang lain seperti sebuah pohon yang cabangnya menjulang ke langit.
- Kedua, ketauhidan mereka dapat kita saksikan pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat. Berbekal ketauhidan mereka dapat menggapai puncak prestasi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam politik, militer, ilmu pengetahuan, hingga lapangan spiritual.
- Kalimat tauhid telah pula membawa mereka dari kegelapan kepada cahaya terang benderang; dari suku barbar menjadi suku paling disegani sebagai pembawa cahaya kemajuan bagi dunia.
- Ketiga, ketauhidan akan melahirkan ketaatan dan penghambaan total kepada Allah, seperti sebuah pohon yang menghasilkan buah-buahan segar, harum, lezat, dan bergizi pula.
- Ketauhidan akan berbuah ketaatan dan amal serta pembebasan manusia dari segala macam belenggu. Seseorang yang mengenal Allah tentu akan memahami tujuan hidupnya. Tujuan untuk apa ia diciptakan, sehingga ia akan menjalani hidup dengan penuh vitalitas dan beribadah dengan penuh keikhlasan.
- Keempat, seorang Muslim yang telah bertauhid akan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungannya, menjadi peneduh orang yang kepanasan, dan akhlaknya sedap dipandang mata; bagaikan sebuah pohon yang selalu ramah lingkungan, teduh, dan menyedapkan pandangan.
Iman manusia memang naik turun, dan akan meningkat dengan ketaatan kepada Allah. Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah untuk memperoleh keteguhan iman adalah “Yaa Muqollibal Quluub, Tsabbit Qalbii ‘alaa Diinik” yang artinya “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu”. Selain itu, iman juga dikaitkan erat dengan ketaatan. Iman adalah ketaatan dalam melaksanakan kehendak Allah, tanpa banyak bertanya, mengeluh, atau protes kepada-Nya. Ketaatan dan iman tidak dapat dipisahkan, ketaatan adalah bagian atau bukti dari iman. Ketika iman sedang turun, disarankan untuk memperbanyak dzikir, mendengarkan lantunan Al-Qur’an, dan menjalin hubungan yang dapat mengingatkan tentang ibadah. Kehidupan Nabi Ibrahim juga merupakan teladan ketaatan dan iman yang kuat kepada Allah.
Pemberdayaan dan komitmen yang tinggi pada peningkatan moral dan etika sangat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Semua individu dapat berperan aktif dalam menerapkan Akhlakul Karimah dan menjadi teladan positif bagi orang lain. Dengan kerja keras, kesadaran, dan dukungan bersama, kita dapat mengatasi tantangan-tantangan ini dan menciptakan masyarakat yang lebih baik secara moral.
Kesimpulannya, aqidah yang kuat merupakan pondasi yang kokoh dalam membangun keimanan dan akhlak yang baik. Oleh karena itu, belajar agama, khususnya aqidah, sangat penting bagi setiap Muslim untuk memperkuat keyakinan dan mengarahkan perilaku ke arah yang benar.